Ketua Asosiasi Pengusaha komputer Indonesia (Apkomindo) Riau, Yudistira Law foto didi wirayuda.. |
Laporan : Didi Wirayuda (Wartawan Pekanbaru Pos)
PEKANBARU (Pepos)-Meski pun Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) Pusat mengaku krisis ekonomi tahun 2015 ini sangat berdampak kepada pengusaha komputer, akibat banyaknya konsumen beralih ke gadget. Namun hal ini tidak terlalu berdampak di Riau.
Hal ini disampaikan, Ketua Asosiasi pengusaha komputer Indonesia (Apkomindo) Riau, Yudistira Law, ia mengatakan memang ada pengaruhnya sekitar 20 persen, namun hal ini menurutnya masih kecil.
"Kalau di Riau dampaknya tidak terlalu terasalah"Ujarnya kepada Pekanbaru Pos, Kamis (27/8).
Ia menjelaskan tren gadget dua tahun belakangan ini memang cukup booming, karena kebiasaan masyarakat Pekanbaru sendiri tipe yang ingin mencoba sesuatu yang baru. Namun tentu saja bagaimana pun canggihnya gadget seperti tablet, belum bisa menggantikan komputer.
"Fungsi gadget itu terbatas, kita tidak merasa terancam sama sekali dengan kehadiran mereka,"Sebutnya.
Bahkan saat ini, beberapa vendor besar seperti ASUS, Lenovo, HP dan masih banyak lainnya, menciptakan laptop yang bisa langsung menjadi tablet. Hal ini tentunya menjadi salah satu upaya kita pengusaha komputer untuk tetap mengimbangi perkembangan dunia gadget.
"Kita juga ada mengadakan pameran dua tiga kali setiap tahun, guna memperkenalkan teknologi terbaru yang ada di komputer,"Imbuhnya.
Saat ini kata, Yudistira yang juga pemilik Toko Dizz Computer di Jalan Paus ini, dari 75 Anggota Apkomindo Riau yang terdata, hanya satu dan dua saja yang mengalami kerugian dan tutup.
"Semua tergantung kita mau fokus kemana, karena pengusaha komputer bisa berjualan gadget, tapi pengusaha gadget belum tentu bisa berjualan komputer,"Tuturnya.
Ia menambahkan saat ini konsumennya banyak yang berasal dari instansi dan perusahaan, namun yang paling banyak membeli masih dipegang oleh pengusaha warnet. Ia mengaku jika usaha warnet dari tahun ke tahun hingga saat ini, angkanya terus meningkat dan memiliki prospek yang paling bagus.
"Grafiknya meski pun lambat, namun terus naik, karena game online saat ini menjadi tren masyarakat Pekanbaru,"Sebutnya.
Meski pun di tablet sudah banyak aplikasi game online yang bisa di mainkan, namun kata Yudistira jumlahnya masih terbatas, dan tidak sama dengan komputer kecepatannya.
"Kalau main game online, masih lebih seru di komputer, pecintanya masih banyak belum bisa tergantikkan,"Imbuhnya.
Hanya saja kata Yudistira, tepuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ini membuat harga komponen dan suku cadang komputer menjadi naik, hal ini membuat harga komputer di pasaran juga ikut naik.
"Harganya naik berkisar 100 sampai 300 Ribu tergantung dari harga jual,"Ucap Yudistira.
Hal ini di akui oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Warnet Pekanbaru (APWP) Rinaldi SSos, ia mengakui jika bisnis warnet di Pekanbaru masih bagus, bahkan terjadi kenaikkan omset yang luar biasa meski pun ekonomi Indonesia saat ini sedang melemah.
"Tidak ada pengaruh naiknya harga dollar terhadap kita, karena usaha warnet ini berupa jasa, jadi segmennya berbeda,"Ujar Rinaldi.
Namun kata Rinaldi, pengaruhnya lebih kepada harga harga komputer di pasaran yang terus merangkak naik. Saat ini katanya terjadi kenaikkan hampir 20 persen dari biasanya. Tentu saja sebagai pengusaha warnet kondisi ini diharapkan dapat pulih.
"Namanya menjual jasa, tentu saja tiap bulannya kita harus memperbarui komponen komputer kita,"Jelasnya.
Ditanya apakah pengusaha warnet tidak merasa terancam dengan kehadiran gadget gadget canggih saat ini yang sudah bisa menggunakan game online. Rinaldi mengaku tidak terlalu berpengaruh terhadap pelanggannya.
"Usaha warnet saat ini sedang bagus, tiap hari hampir di semua warnet yang menyediakan game online terisi penuh,"Ungkapnya.
Sebelumnya Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo), Nursyamsi kepada JPNN, mengatakan krisis ekonomi tahun 2015 ini dampaknya melebihi krisis yang terjadi pada tahun 2008.
"krisis ekonomi di tahun 2008, daya beli masyarakat relatif masih ada,"Kata Nursyamsi.
Namun di krisis 2015 ini, kondisinya lebih parah untuk pengusaha komputer sebab daya beli masyarakat drastis melemah. Sebelum krisis ekonomi ini terjadi, Kata Nursyamsi sudah terjadi booming android yang melahirkan gadget di tahun 2012, yang membuat bisnis komputer dan laptop mulai lesu.
"Konsumen beralih ke gadget karena bisa menggantikan fungsi komputer dan laptop,"Ujarnya.
Hal ini diperparah dengan dengan tepuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Data terakhir di Apkomido, sekitar 70 persen dari anggotanya hancur dibisnis laptop dan komputer. Demikian juga halnya pusat-pusat perdagangan laptop dan komputer seperti mal Mangga Dua dan Glodok yang pada tahun 2012 dan 2013 diprediksi sebagai tempat jualan yang strategis.
"Saat ini lokasi tersebut tidak lagi menjanjikan karena tidak ada yang beli laptop atau komputer," tegasnya.
Dia ceritakan, salah seorang teman dekatnya yang selama ini memiliki 70 konter laptop dan komputer di seluruh Indonesia, kini sudah tutup.
"Dia kini hanya jadi pedagang konsinyasi barang dari distributor sebagai upaya untuk menyelamatkan karyawannya saja," ungkap Nursyamsi.
Karena itu, Apkomindo berharap agar krisis kali ini sebagai puncaknya karena sudah 70 persen anggota Apkomindo hancur bisnisnya.Untuk tindakan penyelamatan usaha, Apkomindo dalam waktu dekat akan mengadakan Rakornas dan mengundang beberapa vendor serta prinsiple nasional guna merumuskan jalan keluar terbaik mengatasi keadaan ini.
"Salah satu agenda Rakornas Apkomindo nantinya meminta vendor dan prinsiple memproduksi komputer atau laptop sesuai dengan daya beli masyarakat,"Bebernya.
Hal ini katanya guna memudahkan masyarakat tetap bisa belanja laptop atau komputer sekaligus menghindari agar pengusaha laptop dan komputer tidak meninggalkan profesinya.
"Kalau tidak segmen bisnis ini akan dengan mudah dikuasai pedagang asing," pungkasnya. (did)
No comments:
Post a Comment